Cahyo Nugroho selaku FFI Country Director mengatakan pihaknya memiliki misi untuk melakukan konservasi sebagai proses sosial dan dinamis.
“FFI adalah NGO tertua di dunia konservasi satwa liar internasional yang terbentuk dan memengaruhi praktik konservasi sejak tahun 1903. Fokus kami adalah melindungi keanekaragaman hayati untuk sistem pendukung kehidupan yang menjadi penopang hidup manusia dan spesies lainnya,” kata Cahyo yang terhubung via virtual zoom ke Command Center Kantor Bupati, Senin (21/3).
Ia juga mengajak seluruh pihak termasuk sektor swasta, LSM, masyarakat adat, dan akademisi untuk mengambil bagian.
“Untuk saling berbagi dalam rangka mengumpulkan energi dan mendorong sejumlah aktivitas yang diharapkan dapat mendukung peran dan fungsi ekologis kawasan khususnya di daerah pegunungan. Apresiasi setinggi-tingginya kepada ibu bupati yang telah mendukung program ini dan kepala BBKSD Sulsel sebagai mitra pelaksana. Juga kepada masyarakat yang akan terlibat aktif saat pelaksanaan program ini,” terang Cahyo.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani menyebut apa yang dilakukan merupakan suatu kerjasama berbagai pihak untuk mendukung dan berkomitmen dalam upaya melestarikan hutan di Kabupaten Luwu Utara, terlebih sebagai upaya mitigasi bencana.
“Untuk itu diperlukan adanya masukan, saran dan arahan multi stakeholder untuk menghasilkan rekomendasi sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan program pelestarian ekosistem hutan di Pegunungan Gandang Dewata. Kabupaten Luwu Utara saat ini sedang melakukan pembangunan di berbagai sektor dengan menempatkan masyarakat Luwu Utara sebagai subyek pembangunan . Hal ini tentulah tidak akan mudah apabila kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak tidak dilakukan,” kata Indah.
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Luwu Utara dengan luas ± 7.502,58 kilometer persegi merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang masih memiliki Luas Tutupan Hutan yang masih bertahan.
“Dengan luasan tersebut pemda tentunya perlu menyiapkan langkah-langkah untuk mengimplementasi Rencana Tata Ruang Wilayahnya. Tanpa adanya implementasi Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) Kabupaten, maka tujuan, kebijakan dan strategi pemetaan ruang wilayah tidak dapat tercapai serta struktur ruang maupun rencana pola ruang wilayah kabupaten juga tidak akan terwujud. Kami punya keyakinan program yang dibawa FFI ini mempunyai manfaat yang baik untuk banyak orang. Dan tentu berharap bisa menjadi penguatan penyusunan tata ruang di Kabupaten Luwu Utara, dengan tetap berpacu kepada regulasi yang ada,” jelas Indah.
Sementara itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulsel, Jusman mengatakan program akan bisa terlaksana dengan baik jika terjalin kerjasama dengan baik.
“Kami sangat berterima kasih karena ibu bupati berkenan menerima audiensi dalam rangka penyelenggaran kegiatan ini. Kami melihat atmosfer penerimaan hari ini luar biasa. Saya kira ini juga luar biasa untuk kawan-kawan FFI dalam melaksanakan kegiatan hingga 2026 nanti. Dalam pelaksanaan kerjasama ada 3 M modal yang dibutuhkan yakni Mutual Respect, bagaimana kita saling menghargai satu sm lain. Yang kedua Mutual Trust, saling percaya yang bangun. Dengan kedua ini kita akan sampai pada Mutual Benefit atau kebermanfaatannya,” ucap Jusman.
Hadir mendampingi bupati pada sosialisasi tersebut Wakil Bupati Luwu Utara, Suaib Mansur, Sekda Armiady, Ketua DPRD Basir, Kapolres Luwu Utara AKBP Alfian Nurnas, dan Perwira Penghubung Syafaruddin. (*)
Komentar