NARASITANALUWU.CO.ID – Tiap negara mempunyai rutinitas dan budaya masing-masing di kehidupan setiap hari, makanan, sampai tugas. Begitupun di Jepang. Salah satunya hal yang membuat Jepang terlihat menonjol dibandingkan negara yang lain ialah budaya kerjanya.
Di Jepang, apa yang terlihat benar-benar normal di negara lain kemungkinan dipandang tidak santun dalam ajang usaha Jepang. Budaya kerja yang tidak biasa ini jadi kunci penting dari keberhasilan orang Jepang dalam kerjanya.
Semangat kerja bangsa Jepang yang tinggi berpengaruh banyaknya karyawan yang wafat karena kelebihan tugas atau jam kerja (karoshi). Berdasar laporan Kementerian Tenaga Kerja Jepang, ada kenaikan tajam karoshi dan capai rekor paling tingginya sejauh riwayat pada 2015 terdaftar 1.456 orang di akhir Maret 2015. Menurut Kementerian Tenaga Kerja, angka kematian sebagian besar terjadi di bidang servis kesehatan, service sosial, dan perkapalan dan konstruksi.
Berdasar data yang sukses digabungkan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) di tahun 2016, jam kerja beberapa karyawan di Jepang dari tahun 2011-2014 tinggi sekali. Di tahun 2011 jam kerja karyawan Jepang ialah 1.728 /tahun. Di tahun 2012 alami jadi 1.745 jam /tahun. Selanjutnya, di tahun 2013 jadi 1.734 /tahun, dan di tahun 2014 jadi 1.729 /tahun.
Berikut Adalah 5 Budaya Kerja Orang Jepang
Orang Jepang Bekerja Tidak Sambil Berbicara
Di beberapa kantor di Indonesia, mengobrol dengan rekanan kerja yang duduk berdekatan sama kita ialah hal yang normal. Tetapi, di Jepang, beberapa orang tidak bicara sepanjang bekerja.
Di Jepang, mengobrol atau bermain handphone saat bekerja dapat membuat pegawai itu dilihat negatif. Lakukan ini memberikan kesan-kesan kuat ke seseorang jika kamu tidak serius bekerja.
Tidak Memperbandingkan antara Proses Dan Hasil
Di Jepang, dari proses tugas dipandang sama keutamaan dengan dari hasil tugas tersebut. Beberapa pegawai di Jepang akan kerap melangsungkan pertemuan yang mengulas info mengenai keadaan terbaru dari beragam project.
Itu penyebabnya di Jepang beberapa pegawai akan mendatangi tatap muka yang tidak terhitung banyaknya dan disuruh untuk mengirim beberapa laporan mengenai status project yang jalan. Walau tatap muka ini nampaknya tidak demikian penting, tapi tatap muka itu mempunyai tujuan untuk sama-sama share info di antara peserta dan membuat keputusan sebagai sebuah team.
Lebih Sukai Gotong Royong Dari Pada Kerja Sendiri
Sikap berbasiskan team benar-benar kuat di Jepang . Maka, beberapa pegawai di Jepang tidak memandang pegawai lain sebagai tandingan pada tempat mereka bekerja. Di Jepang ada banyak tatap muka yang mempunyai tujuan untuk perkuat kerja team.
Tiap industri berlainan, tapi perusahaan di Jepang condong membuat satu project sebagai sebuah tugas yang perlu dituntaskan oleh team. Orang-orangnya di Jepang melihat rekanan kerja mereka sebagai rekanan satu team dan putuskan beragam hal bersama dengan dialog.
Benar-benar Menghargai Satu Sama Lain
Beberapa pegawai di Jepang terlatih memperlihatkan rasa hormat ke client dan senior. Misalkan, saat client atau atasan lakukan suatu hal yang tidak seutuhnya betul, beberapa orang di sini tidak menunjukkan langsung. Beberapa orang akan usaha sehalus kemungkinan memberitahu client atau atasan mengenai kekeliruan itu tanpa membuat orang yang diartikan berasa sakit hati.
Disamping itu, misalkan saat sama-sama tukar kartu nama, tiap orang akan terima dan perlakukan kartu nama dari partner usaha dengan benar-benar berhati-hati. Ini memperlihatkan jika mereka sama-sama menghargai keduanya dan memperlihatkan kemauan mereka untuk jalani usaha bersama.
Lebih Menghargakan Waktu
Kereta api di Jepang populer karena selalu tiba pas ketika waktunya. Keakuratan kereta api sesuai yang direncanakan hanya salah satunya bukti jika keakuratan waktu benar-benar dijunjung tinggi di Jepang. Ya, keakuratan waktu ialah kunci dalam semua faktor usaha di Jepang.
Baik itu jam masuk ke kantor, waktu rapat, atau acara terencana yang lain, on time ialah satu kewajiban. Telat beberapa saat saja bisa menyebabkan pengurangan upah, lenyapnya keyakinan, sampai rusaknya kerja-sama.
Kesimpulan
Budaya kerja di jepang yang disiplin sangat terkenal sampai luar negeri, beberapa karyawan disitu sangat konsentrasi pada apa yang mereka lakukan sampai usai tanpa buang – percuma mereka.
Demikian beberapa budaya kerja yang berada di Jepang. Bila kamu punya niat bekerja di Jepang, kamu harus ikuti semua kultur ini untuk kelancaran tugasmu. Atau, sekarang ini kamu kemungkinan punya niat mengaplikasikan segala hal ini untuk keberhasilan profesimu? (*/dirman)
Komentar