oleh

Peringatan Hari Jadi Luwu, Singgung Soal Kepemimpinan Hingga Utang Generasi Wija To Luwu

-Terkini-145 views

PALOPO — Peringatan Hari Jadi Luwu (HJL) ke-757 sekaligus Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke-79 resmi digelar di Istana Kedatuan Luwu, Kota Palopo, Kamis (23/1/2025).

Kegiatan ini dirangkaikan dengan berbagai kegiatan menarik sejak tanggal 20-24 Januari 2025.

Datu Luwu XL, YM H Andi Maradang Mackulau, SH Opu To Bau melalui Pabbicara Kedatuan Luwu, Luthfi Andi Mutty dalam kegiatan itu menyampaikan, bahwa sejak Datu Andi Djemma mendeklarasikan mendukung proklamasi kemerdekaan dan menjadikan Kedatuan Luwu beserta seluruh perangkat adat menjadi bagian dari negara dan pemerintah Indonesia, maka kedudukan Datu selaku penguasa politik dan pemerintahan telah berakhir.

“Kekuasaan itu beralih kepada semua pejabat pemerintahan, khususnya para kepala daerah,” ujar Pabbicara Kedatuan Luwu dalam kesempatan tersebut.

Tak hanya itu, pemimpin bukan sekedar posisi, bukan sekedar kekuasaan. Akan tapi kata dia, pemimpin hakekatnya adalah role model, menjadi suri teladan yang patut jadi contoh.

Untuk itu dirinya menyampaikan Pappaseng Toriolata (Pesan-pesan leluhur).

Ada dua pedoman bagi para pemimpin:

1. Siri’. Secara umum diartikan sebagai malu.

Siri’ emmi ri onroang ri lino (Hanya siri’ yang membuat kita bertahan hidup di dunia).
Naiya siri’-e, sunge naranreng nyawa nakira-kira. (Siri’ itu adalah persoalan hidup mati, taruhannya adalah nyawa).

Maka mereka yang mati karena mempertahankan siri’ disebut mate ri santangi mate ri gollai (Meninggal secara terhormat).

Mereka yang tidak punya siri akan berbuat dan bertingkah memalukan (Mappakasiri).

Kepada mereka ini dinasehati: narekko degaga siri’mu, inreng2ko siri’ (Jika kamu tak punya malu, pinjam-pinjamlah malu).

Bagi seorang pemimpin, siri’ itu diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab.

Jadi, ketika seorang pemimpin melalaikan tanggung jawabnya atau lari dari tanggung jawab, maka itu adalah tindakan mappakasiri. Memalukan.

Maka, pantang bagi seorang pemimpin lempar tanggung jawab. Apalagi lari dari tanggung jawab.

Justeru sebaliknya, pemimpin harus selalu bersiap mengambil alih tanggung jawab.

2. Pesse (bahasa Makassar pacce’), Arti harfiahnya adalah pedis. Bicaranta inde mai tondok adalah asse tambuk.

Diibaratkan lombok atau cabe, walaupun sudah kering telaplah pedis.
Pesse atau pacce atau asse tambuk dapat diartikan sebagai perasaan iba, belas kasihan atau empati.

Maka, seorang pemimpin yg tidak memiliki empati, tidak akan menghiraukan kesusahan dan kepedihan para to maega, adalah contoh pemimpin yg tidak punya pesse atau pacce atau asse tambuk.

Hari ini kita memperingati HPRL Ke-79. Andi Djemma yang menjadi datu saat para pemuda menggelar perlawanan total mengusir panjajah pada 23 Januari 1946 adalah contoh nyata seorang pemimpin yang memiliki siri’ na pesse.

Datu Andi Djemma merasa malu ketika rakyatnya berjuang mengusir penjajah, sementara beliau hidup bersenang- senang di istana.

Kepemimpinan yg dilandasi siri’ na pesse ditunjukkan dengan tindakan bukan sekedar kata-kata.

Datu merasa iba dan berempati dengan keberanian para pemuda, dengan peralatan tempur seadanya melawan pasukan sekutu, pemenang Perang Dunia II yang bersenjata lengkap.

Datu dapat saja berdiam di istananya menikmati kesenangan tanpa harus bersusah payah mengungsi bersama para pemuda pejuang.

Tetapi itu tidak dilakukannya, karena Datu sangat menyadari kedudukannya sebagi pemimpin yang harus selalu berada di tengah-tengah dan bersama rakyat.

Apa yang dilakukan oleh Datu Andi Djemma kiranya menjadi contoh bagi para kepala daerah se Tana Luwu.

Terkait dengan peringatan Hari Jadi Luwu Ke 757, izinkan saya mengingatkan bahwa ada satu harapan segenap Wija To Luwu yang hingga kini belum terwujud.

Yakni terbentuknya Provinsi Tana Luwu. Harapan ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

Provinsi Tana Luwu menjadi ‘beban dan utang’ sejarah bagi kita generasi penerus Wija To Luwu.

Semoga semangat memperjuangkan terbentuknya Provinsi Tana Luwu tetap membara di hati sanubari kita semua.

* Demikian pesan-pesam YM Datu Luwu XL yang dititipkan kepada saya selaku Pabbicara yang mewakili beliau untuk disampaikan dalam acara ini.

Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan, YM Opu Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiraja, SE Opu To Sattiaraja, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan ini.

Tak lupa, dia menyampaikan permohonan maaf kepada semua lapisan masyarakat di sekitaran Istana Kedatuan Luwu yang merasa terganggu selama kegiatan ini berlangsung.

Khusus masyarakat Kota Palopo, maupun masyarakat umum lainnya. (*)

Komentar

News Feed