NARASI TANA LUWU — Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil mengembangkan inovasi penghantaran obat untuk penyakit tuberkulosis (TB).
Riset ini dilatarbelakangi oleh maraknya penyakit TB bermunculan dimana-mana. TB sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2020, terdapat sekitar 10 juta kasus penderita TB di seluruh dunia dengan jumlah kematian sebanyak 1,2 juta jiwa.
Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2022 dengan jumlah kasus TB mencapai 10,6 juta jiwa di dunia.
Adapun Indonesia menempati posisi kedua dengan kasus TB terbesar di dunia berkisar lebih dari 700 ribu kasus.
Tingginya kasus tuberkulosis disebabkan oleh maraknya kasus resistensi obat.
Selain itu, penghantaran obat melalui oral dapat menurunkan dosis obat yang terdistribusi ke dalam paru-paru serta penghantaran melalui injeksi dapat menyebabkan rasa sakit.
Durasi pengobatan yang cukup lama juga turut andil dalam menurunkan kepatuhan pasien selama proses pengobatan. Sehingga, dibutuhkan inovasi baru dalam pengobatan tuberkulosis.
Untuk itu, Mahasiswa Unhas membuat inovasi baru dalam pengobatan tuberkulosis dengan memanfaatkan senyawa allicin pada bawang putih.
Untuk diketahui PKM-RE tim AIMMP’s ini diketuai oleh Buyung Rachmat Toar, bersama rekan timnya Andi Dwi Batari, Nabila Hana Zahirah Amri, Ayu Rezki Ainiyyah, dan Triaugust Aquino Mantong.
Mereka berhasil menciptakan trobosan baru dalam penghantaran senyawa allicin melalui Inhallation-Mucopenetrating Microparticles.
Inovasi ini didampingi langsung oleh dosen pembimbing Apt Afdil Viqar Viqhi, S.Si M Si.
Allicin memiliki potensi besar untuk terapi tuberkulosis, namun senyawa tersebut memiliki stabilitas dan biovailabilitas yang kurang maksimal sehingga diperlukan sistem penghantaran obat yang efektif untuk mengoptimalkan penghantaran senyawa allicin ke dalam paru-paru.
AIMMP’s, memformulasikan senyawa allicin dalam bentuk mikropartikel. Formula terbaik dan dikemas dalam bentuk dry powder inhaler (DPI) karena memiliki tingkat stabilitas yang bagus dalam menghantarkan obat dosis tinggi ke dalam paru-paru.
Inovasi penghantaran senyawa allicin dalam bentuk Inhallation-Mucopenetrating Microparticles terbukti dapat meningkatkan distribusi senyawa allicin pada paru-paru.
Sehingga, memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit tuberkulosis.
Riset in diharapkan dapat menjadi metode efektif dalam pengobatan tuberkulosis.
Sehingga dapat berkontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan juga sustainable development goals (SDGs) untuk membantu menurunkan angka kematian akibat tuberkulosis khususnya di Indonesia. (*)
Komentar