LUWU TIMUR — Legislator dari partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Luwu Timur, Alpian akan merencanakan pemanggilan beberapa pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Luwu Timur.
Pasalnya, saat melakukan Monitoring dan Evaluasi (Monev) di bendungan sungai Labongko di Burau, Kamis (04/08/2022) kemarin. Pihak PDAM banyak curhat ke Alpian soal persoalan penyaluran air bersih ke rumah-rumah warga.
Mulai dari permasalahan bendungan yang diambil alih masyarakat, hingga kerusakan perlatan telah dilontarkan pihak PDAM Luwu Timur, ditambah lagi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut memerlukan anggaran besar.
“Selesai ini, nanti kita rencanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) kita panggil Dinas PU, dan dinas terkait lainnya untuk membahas permasalahan yang ada di PDAM,” jelas Alpian.
Menurut Alpian, PDAM sendiri bisa dapat menyumbang banyak ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Luwu Timur apabila difungsikan dengan baik.
“Kalau pemerintah tidak bisa berkoordinasi dengan baik, bagaimana cara PAD bisa meningkat. Meski teman-teman PDAM berteriak-teriak, kalau dinas terkait tidak bisa menjemput dengan baik, tidak bisa juga,”
“Kita harus tau berapa penghasilan PDAM sekarang, kan itu harus diketahui. Jangan sampai nanti terlalu banyak uang habis lalu pendapatan berapa ji,” ucap Alpian.
Lanjut Alpian, kalau bisa anggaran bisa di push untuk pembenahan PDAM, sehingga pihak PDAM juga harus tau apabila ada anggaran yang diperuntukkan kesana, maka harus ada feedbacknya, seperti harus banyak pelanggan dan pelayanan harus benar-benar diperhatikan.
Sementara itu, Direktur PDAM Luwu Timur, Andi Maryam mengatakan, saat menjabat Direktur PDAM penuh dengan keterbatasan.
“Saya datang kesini PDAM masih berstatus sosial, sekarang saya mau rubah menjadi bisnis. Saya datang berusaha memperbaiki bersama teman-teman teknik bagaimana kita memperbaiki dalam keterbatasan,” katanya.
Lanjut Andi Maryam, hingga saat ini banyak juga masyarakat membobol sendiri pipa PDAM, seperti di daerah Laskap dan Karebbe.
“Akibat dari itu tekanan berkurang. Jadi air yang harus tiba di Kilo 4 sudah belok di Laskap,” keluh Andi Maryam.
Bahkan saat pihaknya mengecek dan mempertanyakan hal itu, Andi Maryam menjelaskan, bahwa Pemerintah Desa Laskap pun tidak mendukung pergerakan dari PDAM.
“Malahan dulu kepala desanya itu malah kita yang dituduh menjadi pencuri. Bahkan dia bilang kenapa kau jual air sedangkan kau ambil air dikampung ku,” tuturnya.
Bahkan, lanjut Andi Maryam, pihak nya sempat melakukan rapat dengan Pemerintah Desa di Dusun Labose, namun permintaannya apabila penghasilan Rp5 juta maka pembagian untuk Pemerintah Desa itu bagiannya sebesar Rp2 juta dan untuk PDAM Rp 3 juta. (*)
Komentar