Luwu Timur — Masih saja ada bangunan pasar yang terbengkalai di kabupaten Luwu Timur seperti halnya pasar Tarengge dan pasar Burau. Terbengkalainya pasar tersebut disebabkan salah satu faktornya yakni kurangnya minat pedagang untuk melakukan jual beli di pasar itu.
Padahal Anggaran yang digelontorkan untuk membuat bangunan pasar tersebut tidak sedikit, bahkan mencapai miliaran rupiah uang yang dihabiskan.
Melihat kondisi tersebut mendorong DPRD Luwu Timur untuk melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) yang dipimpin langsung wakil ketua I DPRD, H. M.Siddiq. BM.
Kunjungan pertama yang dilakukan adalah pasar Tarengge, anggota dewan kaget melihat kondisi bangunan pasar yang dipenuhi sarang laba-laba serta halaman pasar yang dipenuhi rumput liar. Belum lagi desain lapak pasar itu sangat sempit bagi penjual.
”perlu Ada solusi dari pemerintah untuk memfungsikan pasar tarengge ini, sebab jika tidak difungsikan seperti ini akan mubazir, tidak sedikit anggaran yang digunakan untuk membangun pasar ini,” Kata Muh. Siddiq.BM selaku wakil ketua I DPRD Luwu Timur, Kamis (07/07/22).
”Bagaimanapun caranya pedagang harus masuk dan menjual di pasar ini, jika dilihat pasar ini belum memiliki drainase untuk pembuangan air, untuk itu kami siap menganggarkan pembangunan drainasenya yang penting pasar ini difungsikan,“ Tegas Siddiq.
”Lapak jualannya juga perlu dibenahi biar pedagang tidak sempit untuk menjual, untuk itu mari kita pikirkan bersama-sama,“ imbuhnya.
Setelah kunjungan pasar Tarengge, kembali anggota DPRD Kabupaten Luwu Timur melanjutkan kunjungannya di pasar Burau.
Di pasar burau Anggota DPRD lebih kaget melihat kondisi bangunan pasar itu, sebab pasar tersebut sudah dipenuhi rumput liar dan terlihat palpon bangunannya sudah rusak.
”Lokasi pasar ini terjal, banyak rumput liar menutupi bangunan. Pak kades, apakah pasar ini pernah difungsikan?” tanya wakil ketua I, Muh. Siddiq. BM, “Bagaimanapun caranya pak kadis, pak camat dan pak kades harus kita cari solusinya untuk difungsikan ini pasar,“ Ucap legislator Nasdem ini.
”Anggota DPRD harus dengar pendapat dengan OPD terkait, Camat, Desa, serta pedagang untuk mencari solusinya agar bangunan pasar ini bisa difungsikan,“ Tandasnya.
”Jika bangunan pasar sudah seperti ini wajar saja pedagang tidak mau kesini, pasar ini sangat mubazir, kalau perlu pasar burau ini kita ubah saja fungsinya yang penting bisa difungsikan.“
Sementara itu Anggota DPRD, Wahidin Wahid mengatakan bahwa pasar burau ini pernah difungsikan sebagai pasar sore di awal pertama saat baru selesai dibangun, namun setelah itu tak lagi berfungsi, perlu kiranya pemerintah desa mengubah pasar ini agar bangunan ini bisa berfungsi.
Kepala Desa Burau menjelaskan, ”Berbagai cara sudah kami lakukan untuk mengajak pedagang dan masyarakat melakukan jual beli di pasar burau ini, bahkan penerima BLT dan Penjualan minyak goreng subsidi sudah kami lakukan di pasar ini, hanya saja setelah itu masyarakat dan pedagang tidak mau lagi ke sini,” Ucap Kades Burau.
Kendati demikian, Kepala dinas Disdagkop-UKM, Senfry mengatakan sulitnya Masyarakat, pedagang untuk melakukan jual beli di pasar baru tersebut lantaran mereka sudah nyaman dengan pasar-pasar yang sudah ada ia tempati, belum lagi lokasinya yang sempit membuat mereka pedagang enggan untuk pindah,“ Kata Senfry.
”Kami upayakan untuk berkoordinasi dengan pihak bagian aset, Camat, desa dan pedagang mendengarkan apa keinginan mereka agar ada solusi dan bangunan pasar itu difungsikan,“Ujarnya.
Diketahui Kegiatan Kunker itu dihadiri anggota DPRD Luwu Timur, Heryanti Harun, Wahidin Wahid, Harisah Suharjo, dan Supriyanto bersama Kepala dinas Disdagkop-UKM, Senfry dan jajarannya. (*)
Komentar